Share

04 : Dikejar Kawanan Pria Jas Hitam 

“Anda tidak bisa lari lagi, Nona!”  

Seruan itu membuat Satchel  ingin sekali tenggelam di dasar bumi. Perawakan ketiga pria yang sudah ada di hadapan membuatnya sama sekali tidak bisa bernapas. Tubuh besar dan juga wajahnya yang menampilkan kesenangan karena telah menemukan Satchel saat ini. Mereka semua mengelilingi bagaikan permainan anak kecil khas melayu yang ingin menangkap satu anak di tengah.  

Satchel menatap ketiga pria itu dan memberikan kesan yang biasa saja. Setidaknya untuk di detik pertama ia harus bisa menjadi sosok yang sedikit arogan. “Ada apa kalian mencariku?”  

“Jangan bertingkah bodoh lagi, Nona. Mari ikut kami ke kantor dan lunasi hutang kartu kreditmu.” Pria yang memakai kacamata besar berwarna hitam itu berbicara sambil tangannya mencoba menggapai Satchel.  

Satchel tentu saja menolak. Ia sama sekali tidak mau disentuh apalagi tangan mereka yang sepertinya banyak sekali kuman dan dosa. Kenapa ia berbicara seperti itu? Karena mereka mungkin sebelum bertemu dengannya pasti sedang berkeliling mencari nasabah yang menunggak dan merampas semua uang di kantong klien.  

“Aku sudah melunasi hutangku.” Satchel menjawab dengan nada yang ketus. Bermaksud agar semua orang tak salah menganggapnya. “Kalian tidak bisa membawaku.” Jangan salahkan ia juga sekarang sudah memakai kacamata hitam seperti pada bandit ini. Satchel telah menjadi pusat perhatian semua orang di lantai tiga ini. 

“Anda bisa menjelaskan nanti di kantor dan bertemu dengan pimpinan kami atau kalau tidak berikan semua barang-barang yang melekat pada dirimu.”  

Kenapa mereka malah menjadi seperti pencuri? Satchel langsung melindungi lengannya yang terbalut dengan gelang yang nilainya fantastis. Ini adalah satu-satunya perhiasan yang ia punya.  

“Hai, Bung!” Satchel menjentikkan jemari di depan wajah mereka. “Jika kalian melakukan hal itu bukankah sama saja seperti seorang pencopet dan bukan menjadi suruhan salah satu bank?!” Satchel sedikit menaikkan suara agar mereka semua tidak semena-mena.  

Di dalam kacamata hitamnya, ia mencari celah agar bisa kabur dari mereka semua. Mencari jalan keluar agar tidak bisa terkejar suruhan rentenir ini.  

“Hai!” pekik Satchel saat tasnya sudah ditarik oleh pria berbadan besar itu. Satchel tak terima! Ini adalah tas mahal dan bisa menghabiskan uang gajinya selama dua bulan!  

“Kau bisa mendapatkan barang-barangmu jika sudah membayar semua tagihan tersebut!” tangan Satchel ditarik paksa hingga menyebabkan gesekan pada gelang yang ia pakai saat ini. Tentu saja Satchel tidak tinggal diam, ini bukankah sama saja pemaksaan. Seharusnya mereka bisa lebih sopan lagi untuk menagih.  

Dengan mengandalkan kekuatan seorang wanita yang sedang mengalami period, Satchel langsung menendang selangkangan salah satu dari pria suruhan bank itu dengan sangat keras hingga membuatnya tersungkur.  

Masih ada dua lagi!  

Salah satu dari mereka langsung memegangi kedua tangan Satchel dari arah belakang, tapi itu tak membuat kedua kakinya diam saja. Sama seperti tadi, pria lainnya ia tendang hingga membuat tulang keringnya sepertinya agak sedikit geser. Ew! “Maafkan aku!” Satchel menyengir saat melihat pria itu meringis.  

Orang yang terakhir.  

Tanpa tedeng aling-aling, Satchel langsung membenturkan kepala bagian belakangnya agar bisa membuat kening pria itu mengaduh sakit, setelah itu ia menginjak kedua kaki sang bandit dengan menggunakan sepatu tinggi yang dirinya pakai.  

Entah kenapa bagian ini Satchel seperti wanita yang jago bela diri demi menyelamatkan hidup. Ini seperti film-film laga yang sering aku tonton ditelevisi. Pasti ini lebih epic jika ditambahkan lagu keras dan membuat semuanya terlihat lebih nyata.  

Satchel melihat ke sekeliling, andai saja ada sutradara yang berjalan-jalan di sini dan bisa dengan mudah merekrut sebagai pemain utama. Tapi sayang, semua adalah harapan yang semu. Yang ada ketiga pria berbadan besar itu malah sanggup berdiri meski merasakan kesakitan di tubuhnya.  

Satchel menghela napas lelah dan sedikit menyengir kuda. Entahlah bagaimana dengan bentuk wajahnya sekarang ini. Ia tak dapat lagi mengontrolnya.  

“Ada polisi!” teriak Satchel dan menunjuk ke arah belakang mereka bertiga. Sontak mereka langsung melihat ke belakang dengan wajah yang sedikit agak ketakutan.  

Tak buang-buang waktu lagi, ia langsung berlari dan membelah semua kerumunan yang ada. Hari ini entah kenapa mal sangat ramai dan sedikit menyulitkan untuk keluar dari sini. Apalagi elevator yang dipenuhi pengunjung.  

Demi Tuhan, Satchel sangat beruntung memiliki badan yang bisa dikatakan kecil. Cukup mudah untuknya menyempil di banyaknya kerumunan. Ia juga agak sedikit lega karena melihat ke belakang dan mendapati mereka bertiga yang kesulitan untuk menyelip.  

Satchel menaikkan kacamata hitamnya dan memberikan tatapan yang menggoda untuk mereka bertiga. Tak lupa juga tambahan tatapan mengejek agar mereka tahu bahwa Satchel Bloosom bukanlah wanita yang sembarangan.  

*** 

Satchel membaringkan tubuhku di kasur empuk yang selama ini telah menemaninya lebih dari tiga tahun. Ranjang ini juga yang ia beli saat ada acara lelang amal dan mereka mengatakan bahwa barang ini sangat berharga, karena pernah dipakai oleh salah satu petinggi negeri dan memiliki jiwa seni tinggi dalam waktu hanya sebulan.  

Sebenarnya bukan alasan itu mengapa ia membelinya, melainkan ia lebih menyukai corak dan juga ukirannya yang terlihat elegan.  

Satchel mengambil ponsel yang ada di dalam tas. Ada beberapa notifikasi yang masuk dan kalian pasti tahu siapa yang menghubungi? Ya, benar sekali. Dari bank dan juga pinjaman online yang ia gunakan selama beberapa waktu terakhir.  

Satchel langsung memblokirnya agar mereka semua tidak lagi bisa menghubungi.  

Oh iya, Satchel baru ingat. Selebaran kartu nama seorang kakek yang ia temui di depan mesin soda. Jangan sampai ia menghilangkannya! 

Dapat!  

“Addy Walton?” Satchel kembali membaca nama yang tertera. “Walton Inc? Sepertinya aku pernah mendengar perusahaan itu.” Satchel mengetuk-ketuk dagu dan berpikir bahwa perusahaan itu sepertinya sangat tidak asing.  

Dengan bermodalkan ponsel dan mencari sumber terpercaya di sebuah situs, akhirnya ia menemukan sebuah laman internet apa yang ia inginkan.  

“Ini benar-benar gila! Aku baru saja berpapasan dengan seorang pendiri perusahaan agribisnis yang namanya sudah melambung tinggi?!” Matanya terbelalak. Ia masih tidak percaya dengan hal itu dan kemudian menggulirkan kembali sampai pada dirinya menemukan gambar yang membuatnya tersedak oleh air liurnya sendiri.  

“Aku mendapatkan jackpot!”  

Bukti yang sangat jelas sudah terpampang di depan mata. Gambar dari seorang kakek tua yang berusia 72 tahun itu ada di laman utama dan menjadikannya profil sampul muka perusahaan. Ya, tak salah lagi. Matanya sangat bisa jelas mengetahui bahwa pria itu sama seperti yang ada di hadapannya beberapa jam lalu. Begitu juga dengan kerutan-kerutan yang tidak bisa dibohongi dari wajahnya.  

“Banyak jalan menuju Roma. Banyak jalan juga untuk bisa melunasi tagihan kartu kredit. Aku tak sabar untuk bisa memborong pakaian-pakaian tadi.”  

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status